Imam 'Abdul Malik Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammul Faqih
NASAB : Sayyid
Abdul Malik bin Alawi (Ammil Faqih) bin Muhammd Shahib Marbath bin Ali
Khali’ Qasam bin Alawi Baitu Jubair bin Muhammad Maula Ash-Shouma'ah bin
Alawi Al-Mubtakir bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi
bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shadiq bin
Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi
Thalib dan Fathimah az-Zahra’ binti Muhammad Rasuli-Llahi Shalla-Llahu
Alaihhi wa-Sallam TEMPAT DAN TAHUN KELAHIRANNYA: Al-Imam
As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan lahir di kota Qasam, sebuah kota di
Hadhramaut, sekitar tahun 574 Hijriah. Beliau juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”,
karena beliau hijrah dari Hadhramaut (Yaman Selatan) ke Gujarat /
Gujarkhan (Republik India) untuk berda’wah sebagaimana kakek beliau,
Al-Imam As-Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena beliau
hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berda’wah. ORANGTUA AL-IMAM ABDUL MALIK AZMATKHAN: Ayah
dari Al-Imam Abdul Malik Azmatkhan adalah Al-Imam Alwi 'Ammul Faqih bin
Muhammad Shohib Marbath lahir di Tarim. Beliau adalah seorang ulama
besar, pemimpin kaum Arifin, hafal al-Qur'an, selalu menjaga lidahnya
dari kata-kata yang tidak bermanfaat, dermawan, cinta kepada fakir
miskin dan memuliakannya, banyak senyum. Imam Alwi bin Muhammad Shohib
Marbath dididik oleh ayahnya dan belajar kepada beberapa ulama, di
antaranya Syaikh Salim Bafadhal, As-Sayid Salim bin Basri, Syaikh Ali
bin Ibrahim al-Khatib. Beliau wafat pada hari Senin bulan Dzulqaidah
tahun 613 Hijriyah di Tarim dan dimakamkan di perkuburan Zanbal. Dalam
Kitab Al-Mausuu'ah Li Ansaabi 'Itrati Al-Imam Al-Husaini, dijelaskan
bahwa Al-Imam 'Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath, memiliki
empat orang anak, yaitu: (1)Abdullah (keturunannya terputus) (2)Ahmad (anaknya Fathimah ibu dari Ali dan Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam), (3)Abdul Malik Azmatkhan keturunannya
menyebar di India dan di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina,
Thailand, dan Asia tenggara yang dikenal dengan nama AZMATKHAN (leluhur Wali Songo). (3)Abdurahman,
keturunannya keluarga al-Bahasyim, al-Bin Semith, al-Bin Thahir,
al-Ba'bud Maghfun, al-Bafaraj, al-Haddad, al-Basuroh, al-Bafaqih,
al-Aidid, al-Baiti Auhaj. ISTRI AL-IMAM ABDUL MALIK AZMATKHAN: Istri dari Imam Abdul Malik Azmatkhan adalah Putri Raja Kesultanan Islam Nasarabad India Lama, yang bernama Ummu Abdullah. ANAK-ANAK AL-IMAM ABDUL MALIK AZMATKHAN: Imam Abdul Malik Azmatkhan memiliki 4 anak, 2 laki-laki, dan 2 Perempuan, yaitu: (1)As-Sayyid Alwi Faqih Khan (Leluhur Azmatkhan India, keturunannya banyak di Haedarabad India, Pakistan, Bangladesh) (2)As-Sayyid Amir Abdullah Azmatkhan (Leluhur Walisongo, Keturunannya banyak di Asia Tenggara) (3)Syarifah Zainab Azmatkhan (nasabnya terputus) (4)Syarifah Fathimah Azmatkhan (nasabnya terputus) GELAR - GELAR AL-IMAM AS-SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN: Menurut As-Sayyid Bahruddin Al-Husaini, menjelaskan bahwa gelar yang disandang oleh As-Sayyid Abdul Malik azmatkhan adalah: (1)Al-Malik Lil Muslimiin = Raja Bagi Kaum Muslimin (2)Al-Malik Min 'Alawiyyiin = Raja dari Kalangan Keturunan Imam Ali bin Abi Thalib Al-Khalifah Lil Mukminiin = Khalifah bagi Kaum mukmin Al-Mursyid = Mursyid bagi beberapa tarekat An-Naaqib = Pakar dalam Ilmu Nasab Al-Muhaddits = Menghafal Ribuan Hadits Al-Musnid = Memiliki sanad keilmuan dari berbagai ulama' dan guru Al-Qutub = Wali Qutub pada masanya Al-Wali = Seorang Waliyullah Abu Al-Muluuk = Ayah dan datuk bagi para Raja Abu Al-Awliyaa' = Ayah dan datuk bagi para Wali Songo Abu Al-Mursyidiin = Ayah dan datuk bagi para Mursyid Syaikhul Islam = Guru Besar Islam Imamul Mujaahidiin = Imam Mujtahid Al-Faqiihul Aqdam = Ahli Fiqih Yang paling utama Al-Mujahid Fii Sabiilillah = Pejuang di Jalan Allah Al-Hafiizhul Qur'an = Penghafal Qur'an Shohibul Karomah = Raja dan Wali Allah yang memiliki Karomah Amirul Mukminin= Pemimpin Pemerintahan Islam KARYA TULIS IMAM 'ABDUL MALIK 'AZMATKHAN: 1. Tafsir Ma'rifatul Furqan Li 'Abdul Malik Azmatkhan ( تفسير معرفة الفرقان لعبد الملك العظمت خان), yaitu tafsir sufistik berbahasa Arab karya Imam 'Abdul Malik 'Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Marbath. 2. Al-Adzkaar Al-Azmatkhaniyyah Li Tholabi Mardhotillah ( الأذكار العظمت خانية لطلب مرضات الله), yaitu
kitab kumpulan dzikir, doa, wirid, hizib yang ditulis dan diamalkan
oleh Imam 'Abdul Malik 'Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammul Faqih bin Muhammad
Shohib Marbath. 3. Qur'an Kaa Tarjamah (قران کا ترجمہ), yaitu
terjemahan al-qur'an ke bahasa Urdu yang diterjemahkan oleh Imam
'Abdul Malik 'Azmatkhan bin 'Alwi 'Ammul Faqih bin Muhammad Shohib
Marbath. NAMA FAM AZMATKHAN DALAM ILMU NASAB: Nama
Azmatkhan berasal dari penggabungan dua kata dalam bahasa Urdu. “Azmat”
berarti; mulia, terhormat. Dan “Khan” memiliki arti setara seperti
Komandan, Pemimpin, atau Penguasa. Nama ini disandangkan kepada Al-Imam
As-Sayyid Abdul Malik setelah beliau menjadi menantu bangsawan
Nasarabad. Mereka bermaksud memberi beliau gelar “Khan” sebagai
bangsawan sekaligus penguasa setempat sebagaimana keluarga yang lain.
Hal ini persis dengan apa yang dialami Sayyid Ahmad Rahmatullah ketika
diberi gelar “Raden Rahmat” setelah menjadi menantu bangsawan Majapahit.
Namun karena Sayyid Abdul Malik dari bangsa “syarif” (mulia) keturunan
keturunan Al-Husain putra Fathimah binti Rasulillah SAW, maka mereka
menambah kalimat “Azmat” sehingga menjadi “Azmatkhan”. Dengan huruf
arab, mereka menulis عظمت خان bukan عظمة خان, dengan huruf latin mereka
menulis “Azmatkhan”, bukan “Adhomatu Khon” atau “Adhimat Khon” seperti
yang ditulis sebagian orang. WAFAT & MAKAM AL-IMAM ABDUL MALIK AZMATKHAN: Imam 'Abdul Malik Azmatkhan wafat di Nasarabad India, pada tahun 653 Hijriyyah. KESAKSIAN PARA AHLI NASAB TENTANG FAM AZMATKHAN: KESAKSIAN PERTAMA: Menurut
As-Sayyid Salim bin Abdullah Asy-Syathiri Al-Husaini (Ulama' asli
Tarim, Hadramaut, Yaman), berkata: "Keluarga Azmatkhan (Walisongo)
adalah dari Qabilah Ba'Alawi asal hadhramaut Yaman gelombang pertama
yang masuk di Nusantara dalam rangka penyebaran Islam (Semoga Allah
Subhanahu wa Ta'ala merahmati keluarga Azmatkhan) Sesuai dengan namanya,
yang berarti “Pemimpin dari keluarga Mulia” . KESAKSIAN KEDUA: Menurut H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini dalam bukunya “Pembahasan Tuntas Perihal Khilafiyah”, dia berkata: "Sayyid
Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam, sebuah kota di Hadhramaut,
sekitar tahun 574 Hijriah. Ia meninggalkan Hadhramaut pergi ke India
bersama jama’ah para Sayyid dari kaum Alawiyyin. Di India ia bermukim di
Naserabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki dan perempuan, di
antaranya ialah Sayyid Amir Khan Abdullah bin Sayyid Abdul Malik, lahir
di kota Nashr Abad, ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir di sebuah
desa dekat Naserabad. Ia anak kedua dari Sayyid Abdul Malik Sejarah
mencatat meratanya serbuan dan perampasan bangsa Mongol di belahan
Asia. Diantara nama yang terkenal dari penguasa-penguasa Mongol adalah
Khubilai Khan. Setelah Mongol menaklukkan banyak bangsa, maka muncullah
Raja-raja yang diangkat atau diakui oleh Mongol dengan menggunakan nama
belakang “Khan”, termasuk Raja Naserabad, India. Setelah
Sayyid Abdul Malik menjadi menantu bangsawan Naserabad, mereka
bermaksud memberi beliau gelar “Khan” agar dianggap sebagai bangsawan
setempat sebagaimana keluarga yang lain. Hal ini persis dengan cerita
Sayyid Ahmad Rahmatullah ketika diberi gelar “Raden Rahmat” setelah
menjadi menantu bangsawan Majapahit. Namun karena Sayyid Abdul Malik
dari bangsa “syarif” (mulia) keturunan Nabi, maka mereka menambah
kalimat “Azmat” yang berarti mulia (dalam bahasa Urdu India) sehingga
menjadi “Azmatkhan”. Dengan huruf arab, mereka menulis عظمت خان bukan
عظمة خان, dengan huruf latin mereka menulis “Azmatkhan”, bukan “Adhomatu
Khon” atau “Adhimat Khon” seperti yang ditulis sebagian orang. Sayyid
Abdul Malik juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena
beliau hijrah dari Hadhramaut ke India untuk berda’wah, sebagaimana
kakek beliau, Sayyid Ahmad bin Isa, digelari seperti itu karena beliau
hijrah dari Iraq ke Hadhramaut untuk berda’wah Nama
putra Sayyid Abdul Malik adalah “Abdullah”, penulisan “Amir Khan”
sebelum “Abdullah” adalah penyebutan gelar yang kurang tepat, adapun
yang benar adalah Al-Amir Abdullah Azmatkhan. Al-Amir adalah gelar untuk
pejabat wilayah. Sedangkan Azmatkhan adalah marga beliau mengikuti
gelar ayahanda. Sebagian
orang ada yang menulis “Abdullah Khan”, mungkin ia hanya ingat Khan-nya
saja, karena marga “Khan” (tanpa Azmat) memang sangat populer sebagai
marga bangsawan di kalangan orang India dan Pakistan. Maka penulisan
“Abdullah Khan” itu kurang tepat, karena “Khan” adalah marga bangsawan
Pakistan asli, bukan marga beliau yang merupakan pecahan marga Ba’alawi
atau Al-Alawi Al-Husaini. Ada
yang berkata bahwa di India mereka juga menulis Al-Khan, namun yang
tertulis dalam buku nasab Alawiyyin adalah Azmatkhan, bukan Al-Khan,
sehingga penulisan Al-Khan akan menyulitkan pelacakan di buku nasab. Sayyid
Abdullah Azmatkhan pernah menjabat sebagai Pejabat Diplomasi Kerajaan
India, beliaupun memanfaatkan jabatan itu untuk menyebarkan Islam ke
berbagai negeri. Sejarah mencatat bagaimana beliau bersaing dengan
Marcopolo di daratan Cina, persaingan itu tidak lain adalah persaingan
didalam memperkenalkan sebuah budaya. Sayyid Abdullah memperkenalkan
budaya Islam dan Marcopolo memperkenalkan budaya Barat. Sampai saat ini,
sejarah tertua yang kami dapat tentang penyebaran Islam di Cina adalah
cerita Sayyid Abdullah ini. Maka bisa jadi beliau adalah penyebar Islam
pertama di Cina, sebagaimana beberapa anggota Wali Songo yang masih
cucu-cucu beliau adalah orang pertama yang berda’wah di tanah Jawa. Ia
(Sayyid Abdullah) mempunyai anak lelaki bernama Amir Al-Mu’azhzham Syah
Maulana Ahmad.” Nama beliau adalah Ahmad, adapun “Al-Amir
Al-Mu’azhzham” adalah gelar berbahasa Arab untuk pejabat yang
diagungkan, sedangkan “Syah” adalah gelar berbahasa Urdu untuk seorang
Raja, bangsawan dan pemimpin, sementara “Maulana” adalah gelar yang
dipakai oleh muslimin India untuk seorang Ulama besar.Sayyid Ahmad juga
dikenal dengan gelar “Syah Jalaluddin”. Maulana
Ahmad Syah Mu’azhzham adalah seorang besar, Ia diutus oleh Maharaja
India ke Asadabad dan kepada Raja Sind untuk pertukaran informasi,
kemudian selama kurun waktu tertentu ia diangkat sebagai wazir
(menteri). Ia mempunyai banyak anak lelaki. Sebagian dari mereka pergi
meninggalkan India, berangkat mengembara. Ada yang ke negeri Cina,
Kamboja, Siam (Tailand) dan ada pula yang pergi ke negeri Anam dari
Mongolia Dalam (Negeri Mongolia yang termasuk di dalam wilayah kekuasaan
Cina). Mereka lari meninggalkan India untuk menghindari
kesewenang-wenangan dan kezhaliman Maharaja India pada waktu terjadi
fitnah pada akhir abad ke-7 Hijriah. Di
antara mereka itu yang pertama tiba di Kamboja ialah Sayyid Jamaluddin
Al-Husain Amir Syahansyah bin Sayyid Ahmad. Ia pergi meninggalkan India
tiga tahun setelah ayahnya wafat. Kepergiannya disertai oleh tiga orang
saudaranya, yaitu Syarif Qamaruddin. Konon, dialah yang bergelar
‘Tajul-muluk’. Yang kedua ialah Sayyid Majiduddin dan yang ketiga ialah
Sayyid Tsana’uddin.” Sayyid
Jamaluddin Al-Husain oleh sebagian orang Jawa disebut Syekh Jumadil
Kubro. Yang pasti nama beliau adalah Husain, sedangkan Jamaluddin adalah
gelar atau nama tembahan, sehingga nama beliau juga ditulis “Husain
Jamaluddin”. Adapun “Syahansyah” artinya adalah Raja Diraja. Namun kami
yakin bahwa gelar Syahansah itu hanyalah pemberian orang yang beliau
sendiri tidak tahu, karena Rasulullah SAW melarang pemberian gelar
Syahan-syah pada selain Allah. Sayyid
Husain juga memiliki saudara bernama Sulaiman, beliau medirikan sebuah
kesultanan di Tailand. Beliau dikenal dengan sebutan Sultan Sulaiman
Al-Baghdadi, barangkali beliau pernah tinggal lama di Baghdad. Nah,
Sayyid Husain dan Sayyid Sulaiman inilah nenek moyang daripada keluarga
Azmatkhan Indonesia, setidaknya yang kami temukan sampai saat ini. KESAKSIAN KETIGA: Menurut
Sayyid Ali bin Abu Bakar As-Sakran dalam Kitab Nasab yang bernama
Al-Jawahir Al-Saniyyah, berkata: "Al-Azmatkhan adalah fam yang
dinisbatkhan kepada Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin 'Alawi
'Ammil Faqih". KESAKSIAN KEEMPAT: Menurut
Ad-Dawudi dalam Kitab Umdatut Thalib berkata, ""Al-Azmatkhan adalah fam
yang dinisbatkhan kepada Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
'Alawi 'Ammil Faqih, dan keturunannya masih ada sampai sekarang ini
melalui jalur Walisongo di Jawa". KESAKSIAN KELIMA: Penelitian
sayyid Zain bin abdullah alkaf dalam kitabnya "Ilhaafun Nazhooir" yang
dikutip dalam buku khidmatul 'asyirah karangan Habib Ahmad bin Abdullah
bin Muhsin Assegaf; MEMBENARKAN & MEM-VALID-KAN nasab jalur
Azmatkhan. KESAKSIAN KEENAM: Penelitian
Al-Alammah As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Husain Al-Masyhur dalam
Kitab Syamsud Zhahirah, yang memvalidkan nasab jalur Azmatkhan. KESAKSIAN KETUJUH Kesaksian dari Sayyid Ali bin Ja'far Assegaf Palembang. Bermula
silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada
seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat
tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20
Jumadil Awal 1161 hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad
Mansur mengajar ilmu ushuluddin dan alquran. Dalam silsilah tersebut
tercatat nasab seorang Alawiyin bernama sayid Jamaluddin Husein bin
Ahmad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath,
yang mempunyai tujuh anak laki. Di samping itu tercatat pula nasab
keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab
Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri. KESAKSIAN KEDELAPAN: Penelitian As-Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiri dalam Kitab Al-Mu'jam Al-Lathif. KHILAFAH AZMATKHAN Keluarga Azmatkhan sejauh ini tercatat memimpin banyak Kesultanan atau Kerajaan di Asia Tenggara. Diantaranya : (1)Kesultanan Nasirabad – India (2)Kesultanan Adipati Bagelen (3)Kesultanan Adipati Bangkalan – Madura (4)Kesultanan Adipati Gerbang Hilir (5)Kesultanan Adipati Jayakarta (6)Kesultanan Adipati Manonjaya (7)Kesultanan Adipati Pajang (8)Kesultanan Adipati Pakuan (9)Kesultanan Adipati Sukapura (10)Kesultanan Adipati Sumenep (11)Kesultanan Adipati Tasikmalaya (12)Kesultanan Ampel Denta – Surabaya (13)Kesultanan Banten (14)Kesultanan Campa (Kamboja) (15)Kesultanan Cirebon Larang / Carbon Larang (16)Kesultanan Demak Bintoro (17)Kesultanan Giri Kedaton (18)Kesultanan Kacirebonan – Cirebon (19)Kesultanan Kanoman – Cirebon (20)Kesultanan Kasepuhan – Cirebon (21)Kesultanan Kedah - Malaysia (Ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan) (22)Kesultanan Kelantan – Malaysia (23)Kesultanan Mangkunegaran (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan) (24)Kesultanan Mataram Islam (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan) (25)Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan) (26)Kasunanan Surakarta Hadiningrat (ada tautan dari pihak wanita Azmatkhan) (27)Kesultanan Pakualaman (28)Kesultanan Palembang Darusalam (29)Kesultanan Patani – Thailand (30)Kesultanan Sumedang Larang / Sunda Larang (31)Kesultanan Surabaya (Kelanjutan Kesultanan Ampel Denta) (32)Kesultanan Ternate (33)Keratuan Darah Putih, Lampung DAFTAR KEPUSTAKAAN (BUKU-BUKU YANG MENJELASKAN) TENTANG AZMATKHAN :
|
Komentar
Posting Komentar